Desa Munung awal mulanya adalah tempat yang ditemukan oleh seorang pengembara ksatria muda dari Kraton Jogja bernama Ki Kerto Sari, yang dipergunakan untuk persembunyian perang dalam rangka mengusir penjajahan Belanda. Pilihan sebagai tempat persembunyia ini karena letak Desa Munung yang dikelilingi oleh dua sungai, Sungai Brantas dan sungai Beng, sehingga sangat cocok untuk Benteng sekaligus persembunyian sewaktu gerilya melawan belanda.
Kata Munung sendiri berasal dari kata Demunung yang berarti tempat yang cocok sebagai tempat persembunyian. Pasukan Ki Kerto sari yang mengadakan perlawanan hingga ke Kertosono setelah itu kembali lagi bersembunyi ke Desa Munung. Warga Desa Munung adalah pejuang yang sangat di segani oleh Penjajah karena sekian lama warga munung mengadakan perlawanan terhadap Penjajah dari mulai Ki Kerto Sari hingga di pimpin oleh untung suropati tempat Desa munung adalah tempat yang sulit untuk didekati oleh penjajah.
Pada akhirnya penjajah menggunakan akal liciknya untuk memancing Untung suropati keluar dari Persembunyianya di Desa Munung lewat akal licik adiknya sendiri dengan menyandra anak untung suropati. namun semenjak gugurnya untung suropati perlawanan terhadap penjajah masih terus dilanjutkan oleh generasi pemimpin berikutnya. Tidak jarang para pejuang gerilya dari daerah lain ikut juga bersembunyi di kawasan Munung, konon Pemimpin perang kemerdekaan Pak Kret ( pangilan Akrab warga Desa munung untuk Jendral Kretarto) sempat singgah di Desa Munung.
Munung merupakan salah satu tempat para pejuang dan mungkin inilah yang membuat Desa Munung menjadi terkenal dimana-mana. Menurut cerita yang berkembang bahwa pada jaman penjajahan Desa Munung merupakan tempat paling aman dari gangguan penjajah, hingga berimbas pula Munung menjadi pusat perekonomian ditandai dengan berdirinya Pasar terbesar satu-satunya di Kabupaten Nganjuk kawasan utara, diikuti dengan menjadi pusat Pemerintahan setingkat kecamatan di jamannya.
Selepas penjajahan jepang rupanya Belanda masih menyimpan dendam bahwa Desa Munung menjadi target yang harus di habiskan. Dengan pasukan yang siaga penuh, Penjajah belanda mengepung Desa munung dari dua arah Timur dan barat. Mengetahui penjajah akan menyerbu Desa munung dengan menggunakan senjata Modern lengkap, Warga Desa Munung berusaha untuk menghalanginya dari arah barat dengan merobohkan pohon asem kejalan mulai dari Desa Dawuhan. Bisa dilihat sekarang mulai dari lengkong hingga munung hanya Jalan Desa Munung yang tidak ditumbuhi pohon asem, sedangkan dari timur menghalangi dengan membakar jembatan sungai beng dengan maksud agar kendaraan Pasukan tempur tidak bisa melintas. Pada pertempuran ini warga Desa munung banyak yang Gugur melawan pasukan Penjajah, begitu pasukan Penjajah bisa memasuki Desa Munung seluruh rumah warga dibakar habis tidak ketinggalan Bangunan Pasar dibakar tidak tersisa,
Semenjak pasar dibakar belanda, lahan pasar dibiarkan kosong. Puing-puing bangunan yang tersisa didirikan kembali bukan untuk mendirikan pasar lagi namun untuk kegiatan Sekolah Rakyar (SR) setingkat SD, hingga akhirnya menjadi tempat SDN Munung I. Sejak pasar dibakar warga desa munung hanya bermata pencaharian sebagai petani dan pencari kayu bakar dihutan.
Hingga sekitar tahun 1990 ada sumber perekonomian baru yang lebih menguntungkan dibanding dengan berusaha disektor pertanian yaitu penggalian pasir di Sungai Brantas. Namun pada waktu itu masih dalam skala kecil dan dilaksanakan secara manual sehingga semua warga bisa berusaha sendiri mengambilnya di sungai lalu menjualnya sendiri. Dengan cara manual ini Pasir mungkin lebih hemat dan lebih lama dapat diambil. Lambat laun Petani mulai melirik untuk kerja sebagai penambang pasir selain alasan masalah tidak adanya irigasi. Petani lebih enak bekerja sebagai penggali pasir sehingga petani banyak yang meninggalkan usaha pertanian. akibatnya lahan pertanian sebagian besar mereka sewakan kepada pengusaha untuk ditanami tebu.
sekitar tahun 2004 ada beberapa Pengusaha berpengaruh dan bermodal kuat Penggalian pasir dilakukan secara besar-besaran beralih menggunakan cara Modern yaitu dengan menggunakan mesin Sedot. Dengan sedikit kerja penghasilan pasir sangat besar, meskipun Pemerintah telah melarang pengambilan Pasir dengan cara mesin sedot ini, dikawatirkan akan merusak lingkungan. Kekhawatiran tersebut akhirnya terbukti, dalam waktu 4 tahun sekitar tahun 2008 mengakibatkan pasir di sungai Brantas sudah habis, dan bibir sungai banyak yang longsor. Pengambilan pasir dengan menggunakan mesin sedot telah menimbulkan pro kontra dimasyarakat sehingga sering menyebabkan perselisihan antar warga.
Sejalan dengan maraknya penggalian pasir di sungai brantas, marak pula kegiatan ilegal loging hingga terjadinya hilangnya sumber air karena hutan gundul tidak mampu lagi menyimpan air ditambah dasar sungai semakin dalam akibat pengambilan pasir yang tidak terkendali, sehingga sumber air untuk pertanian menjadi susah, namun semua kejadian patut dijadikan cermin kedepan, paling tidak dari Pengambilan SDA yang berlebihan dapat diambil hikmah bahwa sumber daya alam yang diambil tersebut akan cepat habis dan menyisakan sengsara pada anak cucu kita.
Saat ini usaha di sektor tambang pasir sudah tidak bisa menjadi tumpuan ekonomi warga Desa Munung sedangkan Sektor pertanian dan peternakan yang sudah sekian lama ditinggalkan yang merupakan usaha sampingan semenjak ada Penggalian pasir, Kini Sektor Pertanian dan Peternakan kembali menjadi harapan satu-satunya potensi sumber perekonomian warga Desa Munung yang bisa diandalkan, yakni dengan memaksimalkan usaha di bidang Pertanian, Peternakan, dan Perikanan, dengan memanfaatkan limbah semuanya agar tidak terbuang sama sekali, namun banyak permasalahan untuk memaksimalkan usaha sektor pertanian misalnya minimnya sarana dan prasarana pertanian, ditambah lagi permasalahan gundulnya hutan yang semula sebagai penyimpan sumber air irigasi,selain kendala modal untuk memulai usaha pertanian.
Sampai dengan tahun 2013, Pemetintah Desa Munung sudah dipimpin oleh ...kepala desa, Berikut adalah urutan nama-nama kepala desa yang pernah memimpin Desa Munung :
1. ....
2. Reso Dikromo
3. M. Tabrianto
4. Mi’an
5. Chasbun
6. Kabib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar